SIMALUNGUN - Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan kembali menjadi sorotan publik, terkait buruknya layanan fasilitas kesehatan seperti yang dirasakan pasien rawat inap bersama keluarga yang mendampingi.
Hal ini diungkapkan, salah satu keluarga pasien yang dirawat inap di Kamar Jeruk, Lantai 2, RSUD Perdagangan, jalan Radjamin Purba, Kelurahan Perdagangan IIi, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun.
Sementara, W.H Butarbutar selaku Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Anak Bangsa Kabupaten Simalungun menyampaikan, keprihatinan pihaknya atas permasalahan di RSUD Perdagangan.
Ia mengatakan, buruknya kinerja dan layanan terhadap pasien rawat inap tersebut secara resmi akan dilaporkan ke Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS ; red) Provinsi Sumatera Utara, saat dihubungi melalui selularnya, Rabu (28/08/2024), sekira pukul 11.00 WIB.
"ini soal kemanusiaan dan buruknya kinerja RSUD Perdagangani secara resmi akan dilaporkan kepada Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS ; red) Provinsi Sumatera Utara, " kata Ketua LSM PAB Kabupaten Simalungun.
Selanjutnya, Ia menegaskan akan mendesak pihak BPRS Provinsi Sumatera Utara melakukan inspeksi ke RSUD Perdagangan dan bila ada temuan, segera menjatuhkan hukuman karena tidak mengikuti aturan pemerintah.
"BPRS akan mengawasi penyelenggaraan seluruh rumah sakit milik pemerintah dan swasta. Atas kewenangannya, maka rumah sakit mematuhi aturan berlaku, salah satunya Akreditasi, " tutup WH Butarbutar.
Sebelumnya diberitakan, seorang warga yang mengungkapkan, buruknya layanan dan fasilitas RSUD Perdagangan pada saat menjaga anaknya yanh menjalani rawat inap di RSUD Perdagangan.
Ia mengaku, anaknya 5 hari menjalani perawatan dan keluh kesahnya disampaikan kepada awak media ini melalui pesan percakapan selularnya, Selasa (27/08/2024), sekira pukul 10.36 WIB.
"Sudah lima hari saya di rumah sakit Perdagangan ini, anak saya sedang di rawat inap di lantai dua, " sebut pria meminta namanya tak perlu disebut.
Selanjutnya, pria ini membeberkan, selama 5 hari anaknya berada di salah satu kamar perawatan pasien, lantai 2 RSUD Perdagangan tidak dapat menggunakan fasilitas kamar mandi.
"Setiap anak saya mau buang air besar, saya harus membawanya turun ke lantai 1 atau ke toilet umum, " ujarnya kesal.
Kemudian, Ia menambahkan, seluruh pasien di lantai 2, mengalami hal yang sama dan petugas medis terkesan tidak peduli, saat kamar mandi tidak ada airnya tersebut dilaporkan.
"Bukan hanya saya, kami yang berada di lantai 2 harus menuruni tangga ke lantai satu. Petugas medis hanya minta maaf tanpa solusi, " katanya sembari menyebut dirinya bertengkar dengan petugas medis.
Terpisah, Direktur RSUD Perdagangan dr. Lidya Saragih dihubungi melalui selularnya, dimintai tanggapannya terkait informasi yang diungkapkan keluarga pasien rawat inap tersebut.
Namun, dr Lidya Saragih terkesan enggan menanggapi hingga rilis berita dilansir kepada publik.